Kurang hebat apalagi
Sampai mentari ku pandangi
Terkagum saat aku ia datangi
Yang hangatnya memeluk sepi,
Sinarnya menarik ujung-ujung bibir
Tanpa sadar getaran mampir tiap ia hadir
Sampai mentari ku pandangi
Terkagum saat aku ia datangi
Yang hangatnya memeluk sepi,
Sinarnya menarik ujung-ujung bibir
Tanpa sadar getaran mampir tiap ia hadir
Mentari pukul dua bersama panas yang ia bawa
Membakar diri
Menoreh perih
Pun belum juga mampu membuatku beranjak
Seiring mati rasa, perasaan ku terkoyak
Membakar diri
Menoreh perih
Pun belum juga mampu membuatku beranjak
Seiring mati rasa, perasaan ku terkoyak
Kala ia tenggelam ke peraduan
Menghela napas aku dibuatnya seakan
Habis sudah
segala indah
Meninggalkan bekas perih menggigiti malam
Berpuluh tetes peluh
Yang didalamnya aku tenggelam
Buta mata bekas cahaya
Yang tanpanya tak bisa lagi ku lihat dunia
Menghela napas aku dibuatnya seakan
Habis sudah
segala indah
Meninggalkan bekas perih menggigiti malam
Berpuluh tetes peluh
Yang didalamnya aku tenggelam
Buta mata bekas cahaya
Yang tanpanya tak bisa lagi ku lihat dunia
Bersama bulan sebagai saksi
Ku maki keras-keras mentari
“Jangan harap aku menantikan mu kembali!”
Ku maki keras-keras mentari
“Jangan harap aku menantikan mu kembali!”
Belum hilang bekas merah,
Terlebih kesal yang penuh amarah,
Sudah muncul lagi ia tanpa dosa
Mau ku menunduk hingga malam tiba
Tetap ia yang punya kendali
Atas lupanya aku akan tamparan sendiri
Hingga seperti hari-hari lalu ku kembali
Terlebih kesal yang penuh amarah,
Sudah muncul lagi ia tanpa dosa
Mau ku menunduk hingga malam tiba
Tetap ia yang punya kendali
Atas lupanya aku akan tamparan sendiri
Hingga seperti hari-hari lalu ku kembali
Sudah seperti mentari,
Pintar kau membolak-balik hati
Kurang hebat apalagi
Pintar kau membolak-balik hati
Kurang hebat apalagi
Comments
Post a Comment