Bisikkan malam menderu keras di telingaku beriringan dengan lantun tanpa syair dari sebuah racauan lagu anak kecil yang tidak sedikit pun merdu Gelap angin teriakkan dua senti helai rambut di besarnya kepala berbalut wajah familiar yang dihiasi dua bola mata hitam tajam berlapis geram Lalu seketika satu dua puluh juta kata bermanja tanpa membiarkan jeda tiba dan aku tersadar bahwa takutku akan sebuah tatapan intens pun luruh olehmu, sirna Dalam satu hembus napas aku biaskan indahmu ke masa kelam dan ku lempar hangatnya nyaman ke arah keramaian tak berarti yang mengelilingi Walau sekeras apa upayaku menata detak yang ku kira sudah retak sejak tahun lalu, tak jua hilang kemampuanku untuk selalu bisa bertemu dengan bagian dari hatimu yang kau tutupi kaca bening penuh dengan sirat abu-abu Walau sekeras apa upayamu untuk menjadi orang yang aku benci selama ini, tak jua mampu kau berbohong untuk mengakui keruntuhan tembok tinggi yang bersamanya seraup izin tanpa kata membiarkanku men...